Onlineinfopase,
Jakarta - Saat
berburu foto dan menemukan sesuatu yang menarik dapat membuat 'beringas' siapa
saja. Memencet shutter dengan membabi buta dalam berbagai angle maupun posisi.
Bukan tidak mungkin satu adegan bisa menghasilkan 5 sampai 10 frame dalam
hitungan detik.
Setelah foto-foto itu dipindahkan ke komputer, mulailah mata mereview foto-foto
tersebut. Terkadang menyenangkan tapi di lain waktu justru bingung sendiri.
Bahkan, untuk memilih satu foto guna diunggah ke sosial media atau portfolio
menjadi ragu-ragu dan tidak yakin atas pilihannya.
Jika sudah demikian, maka ada beberapa trik untuk menyortir foto sehingga
menghasilkan pilihan terbaik:
Pertama, buatlah folder per tema. Mengelompokkan foto dalam tema yang sama
misalkan street photography, arsitektur, selfie, dan lainnya mendorong mata
membuat skala prioritas yang produktif. Dengan cara yang agak berbeda,
kebiasaan membuat hashtag di media sosial ikut membantu pekerjaan tematik
seperti ini.
Kedua, sortir foto-foto yang tidak tajam, blur atau backlight. Bisa langsung
dihapus, bisa dipertahankan. Siapa tahu bakal diperlukan suatu saat. Selain
itu, 'foto-foto rusak' dapat menjadi sarana intropeksi dan media pembelajaran
seiring waktu. Kalau saat ini masih blur atau tidak fokus, pada pemotretan
berikutnya hindari kesalahan yang sama.
Ketiga, cari cerita utama dalam setiap foto dengan menentukan subjek foto
terlebih dahulu. Subjek ini -- dalam istilah lain disebut point of interest --
yang nantinya akan menjadi kunci suatu penokohan, karakter dan cara bertutur
sebuah foto.
Tepatlah dalam memilih subjek karena bakal menentukan cerita utama bahkan judul
foto. Jangan sampai keliru karena akan menjadi multitafsir dan salah persepsi
para pembaca/audiense.
Keempat, perkuat cerita dengan koreksi minor misalkan cropping, burning atau
dodging. Cropping bermanfaat untuk memperkuat subjek, membangun komposisi,
cerita dan drama.
Begitu pula dengan burning atau dogging yang dapat mengatasi area over
/underexposure sehingga pencahayaan lebih stabil dan terukur. Beruntunglah saat
ini banyak software atau aplikasi yang mempermudah fase editing sehingga makin
mudah.
Kelima, kerucutkan lagi menjadi segelintir foto yang menyisakan pilihan terbaik
sesuai kebutuhan maupun fotografi. Patokannya, buatlah alasan-alasan yang paling
masuk akal dan tidak hanya sekedar 'like or dislike'. Jika perlu, buatlah
diskusi maupun perdebatan dalam diri sendiri kenapa satu foto itu yang dipilih.
Misalkan kenapa foto pilihan tersebut menarik, kenapa bukan yang lain. Apakah
kekuatan foto yang dipilih dan apa yang patut ditonjolkan. Bagaimana reaksi
orang lain jika melihat foto ini dan pertanyaan-pertanyaan lain yang relevan.
Dari pertanyaan tersebut bakal mendorong nalar kritis menilai sebuah foto,
bahkan foto yang dihasilkan sendiri. Sehingga pada suatu fase Anda tidak
sekedar fotografer namun mempunyai kemampuan menilai dan mengkurasi foto yang
dihasilkan. Proses menemukan satu frame terbaik pun menjadi proses kreatif yang
menyenangkan dan membuat ketagihan. [Detik.com]
Comments
Post a Comment