Lhokseumawe, Napi di Rawat di Rumah Sakit PMI Kabur

Image
Illustrasi Junaidi (40) napi kelas IIA Lapas Lhokseumawe Kabur saat sedang di rawat di rumah sakit PMI Kota lhokseumawe, napi tersebut kabur pada 11 September 2017 napi terkait kasus narkoba tersebut kabur dalam kondisi badan yang membengkak dan sedang dalam penyakit jantung dan lever. Napi tersebut lari dalam keadaan sangat lemah, karena sebelumnya dia koma selama 4 hari.  Lhokseumawe Peringkat Pertama Sex Bebas Napi ini pindahan dari LP Langsa ke LP lhokseumawe, dia kabur dengan jarum untuk memasukkan makanan masih terpasang di lengannya.

Tekun dan Percaya Diri, Dua Hal Penting untuk Mencapai Cita-cita




Online Info Pase, Mengubah nasib tentu menjadi cita-cita semua orang sejak ia mampu berfikir secara normal. Berangan-angan agar menjadi “orang” sukses dimasa depan sampai bercita-cita mampu mengubah dunia jika dewasa kelak. Semua kita tentu memiliki itu dan ia sudah ada sejak kecil, kelak suatu saat ia akan menggapainya.

Tentu saja itu bukan hal yang terlarang dan tidaklah mustahil untuk terwujud, namun terkadang, di alam kenyataan, semua yang pernah kita cita-citakan adalah hanyalah sia-sia, ada yang tercapai tetapi dalam konteks yang tidak seuai harapan dan ada juga yang terwujud sebagaimana yang pernah kita harapkan.
Namun, hal paling penting bagi setiap orang yang ingin cita-citanya tercapai adalah ketekunan dan kepercayaan diri, maka kedua hal inilah yang mengantarkan banyak orang yang bukan siapa-siapa dulunya menjadi “orang” dikemudian hari.

Berbicara ketekunan dan kepercayaan diri, inilah apa yang ingin saya sampaikan dalam coretan ini. Terlahir dari keluarga yang tidak berpendidikan tinggi, bukanlah penghalang bagi saya dikemudian hari bergaul dengan orang yang lebih jauh tingkat pendidikannya dari saya. Hemat saya, kuncinya adalah satu, untuk apa kita bergaul dengan orang-orang hebat itu? tujuan bergaul dengan mereka adalah untuk mendapat ilmu, maka itu akan sangat mudah jalannya.

Karena pada dasarnya orang-orang berpendidikan tinggi adalah mereka yang gemar menurunkan ilmu untuk siapa saja, tidak memandang kepada siapapun ia sedang berbagi, apalagi sampai berfikir berapa biaya yang telah dihabiskannya untuk mengeyam pendidikan, itu bukanlah tabiat yang digemari oleh orang berpendidikan. Inilah yang kemudian mengarahkan saya untuk terus belajar dan lebih percaya diri karena termotivasi dari orang-orang hebat tersebut.

Berbicara tentang dunia kepenulisan, saya bukanlah orang yang patut disebut penulis, begitu juga dalam ilmu Jurnalistik, saya tidak pernah berpengalaman untuk itu. Hanya saja, sejak duduk di bangku SMA, saya suka dan ingin lebih tahu tentang bidang ini. Dan tahun 2007 hingga 2010 saat menjabat ketua Forum Anak Aceh Besar dibawah binaan Unicef, PKPA, dan Dinas Sosial Aceh, adalah masa dimana saya sering mengikuti pelatihan jurnalistik dan pelatihan penyiaran. Sehingga pada tahun 2009 pernah menjadi bagian tim wartawan anak pada Majalah Aneuk Aceh yang dibina oleh Unicef dan Dinas Sosial Aceh. Mungkin, inilah secuil pengalaman awal dalam dunia kepenulisan saya.

Berangkat dari itu, duniapun semakin hari terus mengalami kemajuan, berbagai perkembangan teknologi dan informasi juga menjelajah hingga ke pelosok dunia, tidak terkecuali tempat dimana saya tumbuh besar. Berbagai kemudahan alat komonikasi mengantarkan kita untuk menjadi lebih mudah dalam belajar, dan mengaplikasikan apa saja yang telah kita pelajari dan kita sukai kedalam alat komunikasi tersebut.

Contohnya saja, media sosial seperti Facebok, Twitter, Blogger, dan lainnya yang merupakan alat informasi kekinian ciptaan manusia ini telah menjadi kebutuhan primer bagi banyak manusia untuk saat ini. Dapat menghubungkan komunikasi antar benua, mencari jejak teman lama yang tidak tahu lagi dimana alamatnya, hingga berbagi informasi terbaru dalam hitungan detik, inilah beberapa kelebihan media sosial dimaksud yang harus kita manfaatkan dengan baik.

Menjadi seorang santri, bukanlah penghalang bagi kita untuk bercita-cita merubah dunia sebagaimana apa yang diinginkan oleh orang lain juga. Jika dulunya orang menganggap bahwa santri tidak memiliki masa depan yang cerah, maka orang yang hidup di era modern seperti ini harus membuang jauh-jauh pemikiran tersebut, kalau ia ingin dianggap sebagai orang yang dapat berfikir cerdas.

Menghubungkan santri dengan dunia kepenulisan, sungguh banyak hal yang dapat ditulis oleh santri. Karena, setiap hari dan malam aktifitas santri adalah belajar, selesai dari belajar, ia dapat menulis apa yang telah dipelajarinya kedalam sebuah buku catatan, dan kemudian hari dirangkum kedalam bentuk buku atau sebagainya. Begitu juga seorang santri yang memiliki kecerdasan dan tingkat ilmiah lebih tinggi, dia dapat menulis apa saja pengetahuan yang baru ia dapatkan dari guru atau buku yang dibacanya kedalam sebuah catatan penting, hingga disusun dengan baik agar menjadi bentuk buku. Atau, bagi seorang yang memiliki imajinasi tinggi dalam merangkai kata, tentunya dapat dimanfaatkan untuk mengarang cerpen, puisi atau novel bernuansa santri.

Begitu juga jika seorang santri gemar dalam mengikuti perkembangan peristiwa disekitar kehidupannya sehari-hari, tentu dia bisa menuliskan peristiwa tersebut dalam bentuk berita maupun citizen reporter. Masih banyak lagi kejadian-kejadian yang kita alami sehari-hari yang dapat dicurahkan dalam bentuk karya tulis positif, lalu kita teruskan karya tulis tersebut di media sosial agar bermanfaat bagi orang banyak.

Seperti yang saya alami saat ini, tepat pada 24 Agustus 2016 lalu, mendapat undangan dari panitia pelaksana Workshop Kepenulisan Santri Pondok Pesantren se-Aceh, lalu disebabkan tingginya antusiasisme santri yang mengikuti workshop itu, H. M. Daud Pakeh, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, ikut “memancing” semangat santri yang mengikuti acara tersebut dengan menjanjikan peluang magang secara gratis ke Banten pada POSPENAS VII.

Mendengar “pancingan” tersebut, terbesit dalam hati saya, bahwa diantara peserta dalam ruangan ini, tentu ada orang yang jauh lebih baik dari saya. Namun seketika fikiran saya berubah dan bertekad untuk turut mengambil kesempatan emas ini. Kepercayaan diri, membuat saya menjadi lupa bahwa orang lain lebih hebat dari saya dan yang ada difikiran saat itu adalah, saya harus mencoba, dan harus percaya diri. Berberapa karya tulis yang disyaratkan panitia pun saya penuhi.

Ternyata janji orang nomor satu di Kantor Wilayah Kemenag Aceh itu adalah sebuah keseriusan yang luar biasa terhadap kemajuan santri. Alhasil, berbagai usaha yang telah saya tempuh tersebut mengantarkan saya ke Provinsi Banten, bersama dengan kontingen Aceh untuk mengikuti Pekan Olahraga Seni Pondok Pesantren Nasional (POSPENAS) Ke-VII.

Setelah beberapa hari berada di banten, dan ikut meliput berbagai aktifitas santri Aceh di event tiga tahunan ini. Saya mendapat berbagai macam pengalaman baru, diantaranya adalah cara mengolah hasil pertandingan menjadi bentuk berita dalam waktu yang relatif cepat, hingga pengalaman bagaimana mewawancarai orang-orang yang akan kita libatkan dalam tulisan.

Disini juga saya menyadari bahwa, masih sangat banyak hal yang harus saya pelajari tentang dunia kepenulisan. Bagaimana mengawali sebuah karya tulis, hingga memikirkan bagaimana karya tulis ini layak untuk saya simpan dalam dokumen pribadi, dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Kuncinya adalah mau belajar, mau berbuat (menulis) dan percaya diri. [Klikkabar.com]

Comments

Popular posts from this blog

Jambo Khop di Bongkar, Hilanglah 1 Tempat Maksiat

Manfaat Sehat Kiwi: Cegah Konstipasi Hingga Hingga Bantu Perbaiki Mood

Cara Warga Malaysia Meloloskan 279Kg Sabu Dari Tanjung Priuk